Dari Penggiran Teluk ke Bukit Halimun, Kedai Kopsal: Usaha Kopi dan Kafe Anak Luwuk

Kedai Kopsal di kawasan Bukit Halimun. FOTO: ISKANDAR DJIADA

LAYAKNYA sebuah kota yang baru berkembang, Luwuk, kota kecil berjarak lebih 600 kilometer dari Palu, Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah, kini tak hanya dikenal dengan Teluk Lalong sebagai ikonya. Banyak kawasan di ibukota Kabupaten Banggai itu terus digarap demi perluasan kota. Sebut saja kawasan Keles, wilayah di perbukitan sisi barat Luwuk yang masuk dalam wilayah Kelurahan Keleke. Dulunya, kawasan itu hanyalah lokasi perkebunan milik masyarakat, dan kemudian berkembang dengan hadirnya sejumlah kafe dan rumah makan, menyusul pembukaan jalan baru dari sisi timur kota yang langsung menembus pusat kota.

Beberapa tahun lalu, di masa pemerintahan Bupati Ma’mun Amir, wilayah lain digarap, juga demi perluasan kota dan fasilitas perkantoran. Hadirlah kawasan Bukit Halimun di sisi selatan kota. Seiring pembukaan kawasan dan pembangunan perkantoran, sejumlah sarana publik lain juga bermunculan. Tiga hotel berbintang dengan dua diantaranya merupakan kelompok usaha perhotelan nasional, hadir di kawasan tersebut. Selanjutnya, beberapa bisnis properti dan penjualan tanah kaplingan, juga susul menyusul di kawasan tersebut, beriringan dengan munculnya rumah-rumah warga yang kian mengisi ruang kosong yang dulunya adalah perkebunan jagung dan kelapa di wilayah perbukitan arah selatan kota itu.

BACA JUGA:  Jaga Produksi Migas, JOB Tomori Targetkan Senoro Selatan Berproduksi 2025

Perkembangan kota ke arah Bukit Halimun ini, ternyata dilirik Wawan dan Tuti, pasangan suami istri yang sejak beberapa tahun lalu merintis usaha kopi bubuk kemasan dengan merek Kopi Saluan atau Kopsal. Di penghujung April atau pertengahan Bulan Ramadhan lalu, Wawan dan Tuti resmi membuka Kedai Kopsal tepat di simpang tiga Tugu Telur Maleo, kawasan Bukit Halimun, Luwuk Selatan.

SALAH satu menu yang disajikan. FOTO: ISKANDAR DJIADA

Nama Kopi Saluan atau Kopsal, kopi robusta produksi petani lokal yang mereka olah hingga menjadi kopi bubuk, mulai dikenal luas setelah gelaran Hari Nusantara di Tangkiang Kecamatan Kintom yang dihadiri Mendagri kala itu, Tjahjo Kumolo, beserta sejumlah perwira tinggi TNI Angkatan Laut termasuk kepala stafnya. Tuti yang diberi kesempatan oleh Bupati Banggai kala itu, H Herwin Yatim untuk mengisi salah satu stan pameran, tak hanya mengisi ruangannya dengan produk kopi ‘Kopsal’ bubuk, namun langsung menyediakan suguhan kopi hangat yang bisa dicicipi oleh pengunjung. Tak disangka, Tjahjo Kumolo yang mengunjungi stan Kopsal, ternyata bersedia ketika ditawari suguhan kopi hangat itu.

BACA JUGA:  Hore! 372 Siswa Kelas 12 SMKN 1 Luwuk Lulus 

Momen lain yang membuat Kopsal ikut naik pamor, adalah saat Presiden Joko Widodo mengunjungi Luwuk dan meresmikan terminal Bandara Syukuran Aminudin Amir, Bubung. Lantai tiga terminal bandara itu, memang disulap menjadi lokasi pameran saat kunjungan orang nomor satu di Indonesia itu. Salah satu yang mendapat kesempatan mengisi stan, adalah Kopsal. Dan Presiden Jokowi kala itu ternyata ‘memborong’ kopi bubuk Kopsal. Jadilah Kopsal ‘terbang’ ke Jakarta, ke istana presiden pula.

Sekira tiga tahun lalu, Wawan dan Tuti mulai merintis bisnis warung kopi, dengan membuka Kafe Kopsal di pinggiran Teluk Lalong. Kafe itu terbilang cukup ramai kala cuaca cerah, namun saat hujan, otomatis tak beroperasi, karena berada di ruang terbuka. Bermodal pengalaman kafe di tepian barat Teluk Lalong itu, keduanya akhirnya membangun Kedai Kopsal di Bukit Halimun.

Menurut Wawan, pandemi Covid-19 memang cukup memukul dunia usaha di berbagai sektor. Meski demikian, tak berarti wabah Covid dan dampaknya itu harus mematikan kreativitas anak Luwuk. Karenanya, mereka membangun kedai kopi dengan estetika menarik, namun dengan harga menu yang masih tetap ramah di kantong penikmat kafe. Mereka memanfaatkan lokasi kedai yang ada di perbukitan selatan kota Luwuk itu, agar menarik untuk didatangi oleh pengunjung demi melepas kepenatan dari ragam aktivitas. Bangunan kedai berbahan kayu dan bertingkat dua itu ditata seapik mungkin, agar tak hanya jadi tempat ngopi sambil menikmati pemandangan kota dari ketinggian, namun juga jadi lokasi swafoto yang menarik.

BACA JUGA:  Gerindra dan Sulianti Murad Ajak PDIP Berkoalisi di Pilkada Banggai

Konsep warung kopi ala ruang terbuka yang pernah mereka terapkan di tepian Teluk Lalong, tetap dipertahankan dengan penyediaan area di sisi depan kedai. Dan pengunjung tak lagi harus khawatir kehujanan, karena sudah ada kedai cantik berlantai dua yang bisa jadi tempat berteduh, kala hujan turun seketika. Bangunannya memang cukup luas, dan pemandangan kota tetap bisa disaksikan dengan sempurna dari dua lantai di kedai tersebut. ***

Pos terkait