ALISHTER Sulteng Gelar Pelatihan Herbisida Terbatas di Banggai dan Morut, Diikuti Ratusan Petani

Pelatihan penggunaan APD saat mengaplikasikan herbisida agar aman untuk menjaga kesehatan. FOTO: ISTIMEWA

BANGGAI RAYA- Aliansi Stewardship Herbisida Terbatas (ALISHTER) dilaksanakan di Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah yang terdiri dari perusahaan pestisida, sukses menggelar pelatihan Herbisida Terbatas selama dua hari di dua tempat yang berbeda yakni Kecamatan Toili, Kabupaten Banggai dan Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara.

Kegiatan yang diikuti ratusan petani itu dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2022 di Toili yang bertempat Hotel Puri Ayu Unit 11, Kecamatan Toili. Diikuti sedikitnya 114 petani.

Sementara di Bungku Utara dilaksanakan di hari berikutnya yakni Rabu 24 Agustus 2022. Pelatihan di Bungku Utara yang diikuti 100 petani itu bertempat di Desa Baturube.

Dalam kegiatan ini, ALISHTER Sulawesi Tengah tidak sendiri tapi menghadirkan Ketua ALISHTER Indonesia, Bagus dan melibatkan stakeholder lainnya dari instansi pemerintah.

PELATIHAN Herbisida Terbatas di Toili. FOTO: ISTIMEWA

Seperti diketahui, Aliansi Stewardship Herbisida Terbatas ini sejak berdiri 2015 sudah melatih 25.207 petani di seluruh Indonesia. Pelatihan akan terus dilanjutkan hingga tahun-tahun mendatang.

BACA JUGA:  Resmi Dilantik, Muhammad Darmawan Pimpin PGRI Luwuk Utara Periode 2024-2029

ALISHTER hadir sebagai program kerja sosial yang melatih para petani dalam mengaplikasikan Herbisida secara aman, benar dan tidak merusak lingkungan serta ekosistem.

Paraquat diklorida (Herbisida) ditetapkan sebagai salah satu pestisida terbatas. Dari COP Basel, Rotterdam, Stockholm Convention tahun 2017 di Jenewa ada usulan untuk memasukkan EC-5SL Paraquat diklorida dalam listing annex III.

Pelatihan Herbisida Terbatas di Baturube yang digelar ALISHTER. FOTO: ISTIMEWA

Indonesia menolak karena bahan aktif ini masih banyak diproduksi dan dipakai masyarakat luas, sehingga akan berdampak negatif terhadap kesejahteraan petani dan upaya pemerintah Indonesia mencapai ketahanan pangan.

Pertimbangan pemerintah Indonesia adalah Formulasi Paraquat masih banyak digunakan, alternatif yang hemat biaya belum tersedia, serta adanya potensi implikasi pada perdagangan produk mengandung paraquat di masa depan.

Sehingga dengan kondisi seperti ini, ALISHTER terbentuk dan muncul di tengah-tengah kondisi global (dunia pertanian) dalam nmengedukasi petani untuk penggunaannya secara bijaksana agar konsep pertanian berkelanjutan bisa diterapkan.

BACA JUGA:  Resmi Dilantik, Muhammad Darmawan Pimpin PGRI Luwuk Utara Periode 2024-2029

Hendra Selaku Ketua Alisther Sulawesi Tengah (PT Syngenta) mengatakan, pelatihan ini bertujuan agar petani lebih sadar akan penggunaan bahan kimia berupa herbisida (racun rumput) untuk menuju pertanian yang berkelanjutan.

Dalam kegiatan ini kata Hendra, ALISHTER melibatkan semua stakeholder di bidang pertanian.

Untuk kegiatan pelatihan di Toili misalnya 23 Agustus 2022, hadir Kadis Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Banggai, Drs. Subhan Lanusi, Komisi Pengawas Pupuk dan Pestisida Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov Sulawesi Tengah, H.Ir.Umar, Kepala BPP dan Penyuluh Pertanian Kecamatan Toili, Moilong dan Toili Barat.

Sebanyak 114 petani hadir dalam kegiatan itu. Mereka tersebar dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Toili, Moilong dan Toili Barat.

Kemudian, pelatihan yang sama di Desa Baturube, Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara pada 24 Agustus 2022. Hadir dalam kegiatan itu, Komisi Pengawas Pupuk & Pestisida Provinsi Sulteng, H. Umar, Kepala BPP dan Bungku Utara serta jajaran, dan Dinas Kesehatan Bungku Utara.

BACA JUGA:  Resmi Dilantik, Muhammad Darmawan Pimpin PGRI Luwuk Utara Periode 2024-2029

Petani yang hadir, berjumlah 100 orang yang terdiri dari Desa se Kecamatan Bungku Utara di antaranya Desa Siliti, Desa Tanakuraya, Desa Tirongan Atas, Desa Tirongan bawah, Desa Baturube dan lainnya.

Dalam pelatihan ini, petani sangat antusias sekali karena di sini, memberikan pemahaman kepada petani agar lebih sadar bahwa Pestisida terutama Herbisida (bahan aktif paraquat) yang hampir setiap hari mereka gunakan di lahan sangat berbahaya baik secara individu (sisi kesehatan) maupun dengan skala yang lebih luas (pencemaran tanah, udara dan air).

“Sehingga dengan adanya pelatihan ini mereka lebih sadar akan penggunaan Herbisida ini. Kedepannya tentu diharapkan mereka akan menggunakan Herbisida ini dengan cara yang lebih bijaksana lagi agar mencapai tujuan yaitu pertanian berkelanjutan yang berikutnya akan diturunkan ke anak cucu mereka,” tandasnya. (*)

Pos terkait