Tumbang Invasi Amerika, 20 Tahun Oposisi Hingga Berkuasa Kembali

Sutopo Enteding
DARI WEBINAR ‘KUPAS TUNTAS TALIBAN’

(Catatan: Sutopo Enteding)

Afghanistan, negara yang terkurung daratan terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah seolah tak luput dari perhatian mata dunia. Aksi Taliban yang pernah berkuasa selama beberapa tahun dan harus merelakan kekuasaannya setelah invasi Amerika. Sempat menjadi oposisi selama kurang lebih 20 tahun, dan kini Taliban kembali menguasai Afghanistan.

Kisah berdirinya Taliban hingga kondisi saat ini diurai DR. H. Musthafa Abdurrahman, Lc. MA dalam seminar bertajuk ‘Kupas Tuntas Taliban’ yang diselenggarakan Alquran Institute Banggai melalui aplikasi Zoom pada Ahad, 5 September 2021.

Webinar yang dimoderatori pendiri sekaligus Direktur Alquran Institute Banggai, H. Iswan Kurnia Hasan, Lc. MA itu cukup banyak peminat. Dalam sesi tanya jawab, audiens dari berbagai kalangan itu cukup banyak pertanyaan menyoal Taliban.

Kehadiran Musthafa Abdurrahman sebagai pembicara tunggal bukan tanpa alasan. Musthafa adalah seorang doktor di bidang kawasan Timur Tengah. Ia adalah wartawan senior Kompas untuk Timur Tengah. Musthafa telah dua kali melaksanakan perjalanan jurnalisnya ke Kabul, Ibu Kota Afghanistan saat Taliban berkuasa dan ketika Taliban tumbang.

Menurut Musthafa, bicara soal Taliban, maka ada tiga hal yang perlu dibahas. Pertama, situasi dan kondisi Taliban. Kedua, mengapa memiliki pandangan keagamaan konservatif dan ketiga, kemana arah Taliban setelah kembali merebut kekuasaan di negara yang berpenduduk sekitar 32 juta jiwa itu.

Musthafa menyebut alasan mengapa Taliban lahir. Setelah Uni Soviet (Rusia) mundur dari Afghanistan, para mujahidin yang berperang mengusir Uni Soviet itu berperang berebut kekuasaan. Konflik antara mujahidin dimulai tahun 1992 hingga tahun 1996. Musthafa menggambarkan bahwa kondisi Kota Kabul, Ibu Kota Afghanistan hancur berantakan akibat perang antara mujahidin. Bahkan kehancuran Kota Kabul lebih parah daripada perang dengan Uni Soviet selama kuru waktu 10 tahun.

Perang mujahidin antara Hizbu Islami yang didirikan Gulbuddin Hekmatyar dengan mujahidin Jamaat Islami yang dipimpin Burhanuddin Rabbani. Perang antara mujahidin ini memunculkan geo politik masuk ke Kabul. Pakistan mendukung kubu Hizbu Islami dan kubu Jamiat Islami main mata dan didukung oleh India.

BACA JUGA:  Air Bersih Bulakan Belum Bermanfaat Jadi Sorotan Aleg Banggai

“Waktu itu, Hizbu Islami kalah dari Jamiat Islami. Ini yang membuat Pakistan sakit hati,” ucap Musthafa Abdurrahman.

Akibat kekalahan kubu yang didukung dan dibiayai Pakistan itu, maka tidak ada pilihan lain untuk merekrut murid-murid di madrasah. Para murid yang disebut Talib (Bahasa Arab Talib adalah murid) itu dilatih dan dipersenjatai oleh Pakistan. Inilah awal kisah terbentuknya gerakan militer Taliban yang kemudian diproklamirkan pada tahun 1994 di Kandahar.

Pembentukan Taliban menuai sukses besar. Bahkan, hanya dalam waktu singkat dua tahun sejak berdirinya Taliban berhasil menguasai beberapa wilayah dan memukul mundur Ahmad Samasud.

Musthafa mengatakan bahwa Taliban juga didukung Central Intelligence Agency (CIA), Amerika Serikat. Sebab, Ahmad Samasud harus dikalahkan Taliban, karena membuka pintu masuk Uni Soviet ke Afghanistan.

Soal pandangan keagamaan konsenvatif. Taliban adalah Salafi-Wahabi, mazhabnya adalah Hanafi. Di beberapa negara yang menganut Mazhab Hanafi cukup moderat, tidak bagi Taliban. Atas ketegasan pemahaman konservatif itulah sebagian warga kecewa. Contoh sikap konservatif yang diterapkan Taliban adalah, kaum lelaki dewasa wajib memelihara jenggot panjang dan bagi kaum Hawa dewasa wajib menggunakan burka (cadar) serta melarang wanita bersekolah.

Namun bagi Musthafa, pemahaman keagamaan konservatif yang pernah diterapkan Taliban sepertinya bakal berubah. Keyakinan narasumber ini didasarkan atas generasi muda Taliban yang sudah berinteraksi dengan masyarakat internasional. “Perubahan-perubahan generasi muda Taliban itu mulai terjadi, karena mereka telah berinteraksi dengan negara-negara luar,” sebut Musthafa.

Akibat gaya konservatif ini, Amerika Serikat sering menyematkan kritikan, karena dinilai mencederai hak azasi manusia saat Taliban berkuasa.

Era kekuasaan Taliban berakhir pada tahun 2001. Berakhir setelah Amerika Serikat menginvasi Afghanistan pascaruntuhnya Word Trade Center (WTC). Amerika Serikat menuduh Usama Bin Laden yang direkrut Taliban untuk menyerahkan diri atas kasus bom bunuh diri pesawat di WTC medio September 2001. Namun, Taliban tak menyerahkan Usama Bin Laden karena dinilai tak punya bukti atas kejadian tersebut. Dari sinilah Amerika Serikat menginvasi Afghanistan.

BACA JUGA:  Jelang Pilkada Banggai APDESI Diminta Netral

Invasi Amerika di Afghanistan akhirnya mengakhiri masa berkuasa Taliban.

Dalam kurun waktu 20 tahun, sejak tahun 2001 hingga 2021, Taliban bertindak sebagai oposisi, meskipun masih tetap melanjutkan aksi-aksi perlawanan terhadap pemerintahan bentukan Amerika. “Pengalaman berkuasa atau memimpin negara, lalu oposisi selama 20 tahun, biasanya menjadikannya lebih bijak,” sebut Musthafa Abdurrahman.

Nah, tepat pada tanggal 15 Agustus 2021, kelompok Taliban ini melakukan kemajuan pesat yang mengejutkan di seluruh negeri dengan merebut Kabul. Pengambilalihan kekuasaan ini terjadi setelah pasukan asing menarik diri dari Afghanistan menyusul kesepakatan antara Amerika Serikat dan Taliban, dua dekade setelah pasukan Amerika mengalahkan gerilyawan itu dari kekuasaannya pada tahun 2001.

Kesepakatan yang diteken di Doha, Qatar itu seperti, Afghanistan tidak akan menjadi pelindung teroris. Janji pimpinan Taliban lainnya adalah menggandeng kelompok lain untuk membangun Afghanistan serta janji melakukan perubahan (seperti ketegasan Islam konservatif) saat mereka berkuasa kembali.

Musthafa Abdurrahman mengaku, optimistis bahwa perubahan besar-besaran akan terjadi ketika Taliban berkuasa kembali. Namun begitu, perlu fakta lapangan atas janji Taliban.

Ketika Taliban masih berkuasa pada tahun 2001 ke bawah, Musthafa sempat tinggal di Kabul beberapa pekan. Ia menyaksikan sendiri dampak dari penerapan kepemimpinan Taliban. Negerinya tentram dan masyarakat lega melakukan aktivitas kesehariannya.

“Framing media. Saya melihat sendiri, saat Taliban berkuasa dan Taliban tumbang. Pengaruh geo politik Hizbu Islami pada 25 tahun yang lalu, bukan frame media, tapi fakta,” ungkap Musthafa.

Taliban sebut Musthafa tak memiliki cukup dana dan tenaga ahli untuk mengelola kekayaan alamnya. Afghanistan dikenal memiliki potensi pertambangan. Namun sayangnya, belum terkelola secara maksimal.

BACA JUGA:  DSNG Gelar Halalbihalal Bersama Wartawan di Luwuk

China, negara dengan ekonomi terkuat pesaing Amerika urai Musthafa tertarik menggelontorkan anggaran untuk menanamkan investasinya. Qatar, negara Uni Emirat Arab yang sedari awal memberi dukungan terhadap Taliban bahkan telah mendaratkan pesawatnya di Bandara Kabul. Ini makin mengisyaratkan bahwa Qatar sebagai negara moderat berkehendak menanamkan ideologinya di Afghanistan.

Tak hanya Qatar, Turki, Arab Saudi dan negara lainnya juga bersedia membersamai Taliban demi kemajuan rakyat Afghanistan.

Jika dulunya Taliban disebut sebagai gerakan radikal, maka sekarang Amerika Serikat menilai bahwa Taliban adalah sebuah gerakan nasional.

Di sesi tanya jawab muncul beragam pertanyaan. Seperti, Afghanistan sebagai penghasil opium terbesar di dunia. Dari hasil penjualan opium ke berbagai negara menjadi salah satu sumber pendanaan Taliban.

Opium atau candu adalah getah bahan baku narkotika yang diperoleh dari buah candu. Opium yang merupakan tanaman semusim yang hanya bisa dibudidayakan di pegunungan kawasan subtropis itu diakui Musthafa. “Afghanistan merupakan penghasil opium terbesar di dunia,” katanya.

Namun menurut Musthafa, Taliban disebut terlibat dalam urusan narkotika itu masih spekulasi. Sebab, opium merupakan tanaman petani Afghanistan. “Kalau investasi masuk di Afghanistan yang akan mengelola potensi pertambangannya, maka pasti akan terjadi perubahan besar di sana,” tutur dia.

Musthafa menjelaskan bahwa Taliban sangat berbeda dengan ISIS dan Alqaedah. Dua organisasi ini mengekplorasi ideologinnya ke negara-negara luar, sedangkan Taliban tidaklah demikian. “Taliban hanya mengusir pendudukan terhadap wilayahnya,” katanya.

Musthafa yang tak hanya sebatas pemerhati itu berkeyakinan optimistis akan terjadi perubahan di gaya kepemimpinan Taliban setelah berhasil menguasai Afghanistan. Dari konservatif menuju ke moderat.

Webinar yang dimulai sekira pukul 13.30 Wita itu berakhir sekira pukul 15.30 Wita saat azan Ashar mulai berkumandang. Sejumlah peserta webinar meminta kepada Alquran Institute Banggai sebagai penggagas ide webinar ‘Kupas Tuntas Taliban’ menggelar kembali sesi dua.