Tenggelamnya KRI Nanggala dan Ironi Alutsista Negeri Maritim

Oleh : Fitriawati Ahsan
(Aktivis Komunitas Sahabat Hijrah)

INDONESIA kembali berduka, salah satu Kapal Selam milik Indonesia KRI Nanggala 402 tenggelam di perairan Utara Bali saat sedang mempersiapkan uji tembak torpedo pada hari Rabu, 21April 2021.

KRI Nanggala dinyatakan hilang kontak (Sublook) pada pukul 03.46, kemudian pada pukul 06.46 statusnya dinaikkan menjadi submiss dan menandai dimulainya proses pencarian. Pada saat itu, diketahui cadangan oksigen KRI Nanggala 402 hanya bertahan 72 jam jika kapal dalam kondisi Blackout.

Bacaan Lainnya

Lalu pada tanggal 24 April 2021 dalam konferensi pers, TNI resmi menyatakan KRI Nanggala 402 telah tenggelam (Subsunk). Hingga akhirnya tanggal 25 April 2021, KRI Nanggala 402 ditemukan di kedalaman 838 meter dengan kondisi terbelah menjadi 3 bagian. Dan seluruh awak kapal yang berjumlah 53 orang dinyatakan telah gugur dalam bertugas. (Dilansir dari youtube KOMPAS TV)

Musibah ini sangatlah memilukan, baru saja negeri ini dikejutkan dengan berbagai musibah yang terjadi sejak awal tahun. Kini duka kembali terjadi di perairan Indonesia dengan tenggelamnya KRI Nanggala 402. Keterbatasan Alutsista serta pemeliharaannya dianggap sebagai pemicu hingga terjadinya bencana tersebut.

Saat ini, diketahui bahwa Indonesia hanya memiliki lima buah kapal selam saja. Dua diantaranya adalah buatan Jerman, termasuk KRI Nanggala 402 yang sudah berusia 44 tahun.

“Dalam 10 tahun terakhir ini, ada kasus-kasus yang berkaitan dengan alutsista yang sudah tua dan berisiko kecelakaan, hilangnya prajurit TNI…,” kata Riefqi Muna Co-fiunder dan peneliti dari Research and Operations On Technology & Society (ROOTS). (Red. Bbc.com 22 April 2021)

Para pengamat militer mengatakan, ini adalah “Momentum Kesekian” yang harusnya membuat Indonesia berbenah diri terkait armada lautnya. Ia juga mengatakan harusnya Indonesia memiliki setidaknya 12 Kapal Selam, mengingat begitu luasnya perairan Indonesia. Posisi Indonesia yang strategis juga berbatasan langsung dengan 10 Negara tetangga di laut dan 3 di darat, sehingga menempatkan Indonesia sebagai Negara yang berpotensi terjadinya kerawanan berupa ancaman militer dan non militer.

Kepanjangan Alutsista adalah Alat Utama Sistem Senjata. Dan salah satu alutsista yang memiliki nilai strategis tinggi adalah kapal selam. Kapal selam memiliki fungsi antara lain, untuk penyergapan, untuk penyerangan, sarana infiltrasi, penyebaran ranjau secara terbatas, pencarian dan penyelamatan di laut secara terbatas, angkut/evakuasi VVIP secara terbatas dan penyerangan objek vital di darat dan di laut. Melihat fungsinya yang sangat vital, lalu mengapa Indonesia hanya memiliki 5 buah kapal selam? Apakah alasannya terkait anggaran?

Kementrian Pertahanan, Prabowo Subianto mengatakan, investasi di bidang pertahanan memang sangat mahal. Tak jarang pimpinan Negara selalu dihadapkan dengan dilematis, antara mengutamakan pembangunan kesejahteraan, dengan tetap menjaga kemampuan pertahanan supaya kedaulatan tidak diganggu.

Senada dengan Prabowo, Khairul (pengamat politik) mengatakan bahwa persoalan anggaran jadi hambatan utama. Hal ini yang membuat semua alutsista yang ada kemudian harus dioptimalisasi, karena harus memperhatikan juga factor usia, beban kerja, dan pemeliharaan kelaikannya, guna mencegah dari resiko kefatalan.

Tenggelamnya KRI Nanggala 402 ini, mengingatkan publik bahwa negeri maritim ini tidak serius dalam memprioritaskan alutsista dengan alasan anggaran terbatas. Padahal, seperti yang kita ketahui, rencana anggaran pemindahan Ibukota ini, konon katanya mampu menghabiskan dana hingga 500 T rupiah, sedangkan harga untuk sebuah kapal selam ditaksir sekitar 1,5 T sampai 4 T.

Jika Dana pemindahan Ibukota dialihkan, sudah cukup untuk memperkuat alutsista negeri ini. Karena menjaga kedaulatan negara dengan fasilitas yang mendukung lebih diperlukan dibandingkan pemindahan Ibukota.

Kesalahan dalam menentukan prioritas berdampak pada korban jiwa prajurit terlatih, diremehkan musuh, dan menjadikan negeri ini ajang rebutan kepentingan oleh negara-negara besar. Lalu sampai kapan Indonesia akan mulai berbenah diri? Kekayaan alam Indonesia membentang dari ujung barat hingga ke ujung timur, tapi sayangnya nilai kekayaan alam yang besar itu malah digadaikan dan diperjualbelikan di tangan kapitalis dan korporat asing.

Inilah akibat dari penerapan sistem Kapitalisne. Andai saja negeri ini mengelola kekayaan alam dengan mandiri, tentulah negara bisa mendapatkan anggaran yang lebih dari cukup untuk memperkuat alutsista negeri ini.

Dalam sistem pemerintahan Islam, membangun sistem pertahanan yang kokoh merupakan hal yang sangat vital dalam menjadikan negeri adidaya serta membuat negara berdaulat dan juga mandiri. Islam mampu mewujudkan sistem negara yang kokoh, salah satunya dengan pengaturan kepemilikan umum, yaitu sumber kekayaan alam seperti minyak, gas, emas, listrik, pertambangan serta kekayaan alam lainnya, haruslah dikelola oleh negara secara mandiri. Tentu saja hal ini hanya dapat dilaksanakan jika negara menerapkan sistem Islam secara menyeluruh. *

Pos terkait