BANGGAI RAYA- Untuk menyukseskan program vaksinasi, wartawan atau insan pers diharap bisa menjadi penangkal hoaks terkait berita-berita yang tidak benar soal vaksinasi. Sehingga masyarakat dapat antusias untuk mengikuti program vaksinasi Covid-19 ini.
Harapan itu disampaikan oleh Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Banggai, Nurmasita Datu Adam saat menjawab pertanyaan wartawan soal vaksinasi di acara sosialisasi peningkatan kewaspadaan transmisi lokal yang digelar oleh PWI Banggai, Kamis (11/2/2021) di halaman Sekretariat PWI Banggai.
“Kami meminta bantuan teman-teman wartawan untuk menangkal berita-berita hoaks. Karena saya melihat fakta di lapangan, dari 31 Fasilitas Kesehatan yang telah melakukan vaksinasi, semuanya aman,” ujar Nurmasita Datu Adam.
Ia menegaskan, sejak vaksinasi yang dilakukan perdana pada 3 Februari 2021, belum ada laporan peserta vaksinasi yang dirawat apalagi lumpuh dan pingsan. “Kalau gejala ringan pasti ada, seperti mengantuk dan kesemutan. Itu pun tidak lama,” jelasnya.
Nurmasita juga menuturkan, vaksinasi tahap petama ini diprioritaskan kepada Nakes, agar masyarakat melihat sejauh mana efek vaksinasi tersebut. Dan untuk memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa vaksin sinovak benar-benar aman dan halal.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua PWI Banggai, Iskandar Djiada.
Ia berharap, wartawan harus bisa menjadi penangkal hoaks dan memberikan edukasi kepada masyarakat dalam program vaksinasi ini.
“Bisa menjadi penangkal hoaks terkait kasus santri (terkait vaksinasi). Bahwa kita ketahui di tahap pertama ini, hanya untuk tenaga kesehatan. Belum masuk ke ruang-ruang sekolah,” ujar Iskandar Djiada yang juga Pimpinan Umum Harian Bangai Raya itu.
Selain vaksinasi belum masuk ke sekolah-sekolah, yang perlu diketahui bahwa usia yang bisa menjalani vaksinasi adalah usia dewasa yakni 18-60 tahun.
Pada kesempatan itu, Iskandar Djiada juga berpesan kepada wartawan sebagai garda terdepan dalam pencegahan Covid-19 ini, harus bisa memberikan contoh kepada masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan.
“Jangan hanya kita pintar menulis (sosialisasi protokol kesehatan) tapi tidak bisa melaksanakannya,” pesan Iskandar Djiada.