Sejumlah Petinggi PAN Banggai Hengkang

Jody Prakoso Dayanun

BANGGAI RAYA- Sejumlah petinggi DPD PAN Banggai memilih hengkang dari partai berlambang matahari terbit itu. Keluarnya beberapa pengurus partai ini disinyalir buntut hasil akhir musyawarah daerah (musda) PAN Banggai yang berakhir deadlock alias buntu tanpa kesepakatan anggota formatur memilih Ketua DPD.

Meskipun alasan ini bukan alasan satu-satunya keluarnya pengurus partai yang didirikan Tokoh Reformasi Amien Rais.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Banggai Raya menyebutkan, ada tiga petinggi PAN Banggai yang memilih partai lain. Mereka adalah, Nasri Sei (wakil sekretaris), Ersusmianto (wakil ketua), Fendra Darise (wakil ketua).

Bagaimana respon Ketua DPD PAN Banggai, Jody Prakoso Dayanun? “Dinamika berorganisasi itu (pengurus hengkang) adalah hal biasa,” jawab Jody kepada Banggai Raya di kediamannya di Kelurahan Maahas, Luwuk Selatan, akhir pekan kemarin.

BACA JUGA:  Hore! 372 Siswa Kelas 12 SMKN 1 Luwuk Lulus 

Di semua urusan, dinamika itu senantiasa hadir. Apalagi dunia politik. DPP PAN menginstruksikan bahwa setiap tahun selalu dilakukan upgrading pengurus terhadap mereka yang tidak aktif atau keluar permanen.

Jody sedikit membuka sedikit cerita hengkangnya Nasri Sei. Tokoh pemuda Kecamatan Batui adalah salah satu caleg PAN Banggai asal daerah pemilihan IV (Kintom, Batui, Batui Selatan, Moilong, Toili serta Toili Barat) pada Pemilu 2019. Nasri tercatat sebagai penyumbang suara di dapil yang dijatahi 11 kursi Dewan Banggai.

Saat Nasri yang berlatarbelakang pewarta ini keluar dari PAN tanpa mengonfirmasi ke Ketua DPD PAN Banggai. “Saya juga tidak dikonfirmasi, saya lihat keluar dari grup (WA) internal PAN. Saya sudah firasat itu keluar dari PAN. Secara administrasi, tidak mengundurkan diri,” ungkap Jody.

BACA JUGA:  Gerindra dan Sulianti Murad Ajak PDIP Berkoalisi di Pilkada Banggai

Jody menyadari bahwa berpartai tidak digaji. Partai bukan perusahaan yang menggaji karyawan. Artinya, hal-hal seperti itu tidak bisa dipungkiri.

Meskipun menganggap kader partai keluar, tapi Jody mengaku, kehilangan kader sekelas Nasri Sei. “Kami akui, kami kehilangan kader seperti Nasri Sei. Penghasil suara di daerah pemilihan IV, tokoh pemuda di Batui,” sesalnya.

Nasri memang tidak duduk di kursi Parlemen Teluk Lalong, namun atas kerja kerasnya meraih suara, PAN memberikan apresiasi. Namanya, kompensasi. “Sebenarnya, Nasri tidak masuk kategori kompensasi, tapi ada kebijaksanaan partai. Sukarela dari Haji Akmal, artinya, partai sudah menghargai kerja-kerja Nasri,” ungkap dia.

Jody menebak, ada ketidakcocokan antara Nasri dengan dirinya. “Nasri keluar itu setelah saya dilantik menjadi ketua. Mungkin Nasri lebih suka Khel (Michael Tendean, red) jadi ketua, tapi kan Khel sampai hari ini sekretaris dan masih aktif. Inilah dinamika, tapi kita harus mampu menyatu dengan orang lain. Ino (Ersusmianto) juga begitu,” katanya.

BACA JUGA:  Jaga Produksi Migas, JOB Tomori Targetkan Senoro Selatan Berproduksi 2025

Di internal sebut Jody, tidak ada masalah. “Hanya persoalan demokrasi di musda. Ada yang tidak kesampaian harapannya. Pada perhelatan musda terjadi kubu-kubuan, tapi setelah musda harus kembali menyatu. Nah, ada yang lain belum bisa move-on. Padahal, partai membutuhkan kader-kader terbaik, tapi tidak bisa dipaksakan,” urai dia.

Jody mengaku, tetap membangun soliditas di internal agar bersatu membangun partai yang lebih baik.

Untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan itu, DPD PAN Banggai mengagendakan pembaharuan. Mencari kader milintasi yang mampu bekerja maksimal. (*)

Penulis: Sutopo Enteding

Pos terkait