Bupati Herwin Presentasi di Ajang Anugerah Kebudayaan PWI
BANGGAI RAYA- Bupati Banggai H. Herwin Yatim, satu dari 10 (sepuluh) kepala daerah terbaik calon penerima Anugerah Kebudayaan Persartuan Wartawan Indonesia (PWI) tahun 2021. Sebelum penyerahan anugerah tersebut, 10 kepala daerah mendapat kesempatan untuk mempresentasikan program dan strategi dalam memajukan kebudayaan. Herwin Yatim mendapat kesempatan kedua saat presentasi yang berlangsung secara virtual, Rabu (13/1/2021).
Dalam presentasinya, Bupati berprestasi ini terlebih dahulu menyampaikan gambaran umum Kabupaten Banggai serta potensi yang dimiliki, termasuk keindahan alam dan sektor pariwisata serta program yang telah banyak memberikan manfaat kepada masyarakat di era kepemimpinannya saat ini.
Lebih jauh, politisi senior PDIP Kabupaten Banggai ini menyampaikan topik menarik khususnya berkaitan dengan kebudayaan berbasis kearifan lokal dan budaya.
Ia mengatakan, Kabupaten Banggai, dalam hal pemajuan kebudayan pada tingkat lokal, sudah mencantumkannya pada Visi Misi Pemerintah Kabupaten Banggai. Melekat pada misi ke empat : “Mewujudkan Pengembangan Nilai-Nilai Budaya, Kearifan Lokal dan Agama. Dengan Visi Mewujudkan Kabupaten Banggai sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Pertanian dan Kemaritiman Bebasis Kearifan Lokal dan Budaya.
Pemerintah Kabupaten Banggai berpegang pada visi misinya, membawa Banggai dalam kemajuan berbasis kearifan lokal dan budaya. Dalam pada itu gerakan dan gaya hidup PINASA digencarkan, sebagai bentuk aktualisasi dari berbagai nilai luhur kebanggaian.
Seraya mengatasi persoalan-persoalan ril kemasyarakatan di bidang ekonomi, kesehatan , pendidikan, lapangan pekerjaan, kesejahteraan, dan lain-lain, Pemerintah Kabupaten Banggai memprioritaskan dua hal di bidang kebudayaan.
Pertama, menerbitkan Kamus Saluan dan Balantak dalam bentuk digital (android) yang diluncurkan 8 Juli 2017, berikut sosialisasi dan implementasinya secara berkelanjutan di dunia pendidikan, keluarga, dan masyarakat .
Kedua, gerakan dan gaya hidup Pinasa, dengan delapan jenisnya, sebagai muara dan bauran aktualisasi dari berbagai sektor kehidupan yang lain dan terkait.
Pinasa menjadi bagian penting bahkan bauran dari 10 objek pemajuan kebudayaan di Kabupaten Banggai. Gerakan dan gaya hidup Pinasa yang telang berlangsung beberapa tahun belakangan ini, telah menjadi gaya hidup masyarakat Banggai masa kini, berdasar pada nilai-nilai kearifan lokal, seperti misalnya hidup bersih dalam arti luas.
Gerakan moral dan gaya hidup PINASA adalah inovasi baru kreasi Pemerintah Kabupaten Banggai yang menggunakan sentuhan budaya dan kearifan lokal daerah sebagai upaya untuk menggerakkan dan membiasakan masyarakat melakukan kegiatan “bersih-bersih”. Dalam bentuk konkretnya membuang sampah, tinja dan limbah rumah tangga ditempat yang memenuhi syarat kesehatan, memberikan pendidikan usia dini tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui PINASA cilik dan menggairahkan masyarakat untuk mengelola sampah dengan basis 3R (Recyle, Reuse, Reduce). Tindakan ini secara tidak langsung turut serta memberikan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup bagi keanekaragaman hayati ekosistem lainnya baik ekosistem darat, air maupun udara.
Herwin mengungkapkan bahwa Gerakan Moral Pinasa berdampak positif. Masyarakat Kabupaten Banggai terlibat aktif sebagai pelaku gerakan Moral PINASA yang ditandai dengan terlaksananya 8 (delapan) aksi gerakan moral PINASA. Terbentuknya Bank Sampah Induk dan Bank Sampah Unit di setiap Kelurahan/Desa. Diraihnya Piala ADIPURA, secara berturut-turut, tahun 2017 dan 2018 dari Kementerian Lingkungan
Batik Nambo yang Mendunia
Dalam mendorong Pokok Pikiran Kebudayaan daerah (PPKD) beserta Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK Daerah, memerlukan regulasi. Dalam kaitan ini, Pemerintah Kabupaten Banggai sedang menuju kesana. Agar upaya pemajuan kebudayaan mempunyai dasar hukum, dan pegangan bersama secara berkelanjutan.
Pada saat ini, yang sudah mempunyai dukungan berupa surat edaran dan peraturan bupati adalah batik/tenun Nambo.
“Seiring dengan langkah Pemerintah Kabupaten Banggai menjadikan kerajinan tenun lokal Nambo sebagai salah satu program prioritas pembangunan, maka diterbitkan surat Edaran Bupati Banggai nomor 430/33.14/DISPAR tentang himbauan menggunakan atribut identitas lokal dalam rangka penguatan identitas lokal dan budaya Babasal. Implementasi nyata yaitu dengan mewajibkan seluruh ASN, BUMN, BUMD di Lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Banggai untuk menggunakan Batik/Tenun Nambo sebagai seragam setiap hari Kamis,” kata Herwin.
Ia menjelaskan, Tenun Nambo merupakan salah satu produk kerajinan khas lokal yang telah ada sejak dahulu di Kabupaten Banggai. Kerajinan ini telah sejak lama dikembangkan oleh masyarakat secara turun temurun dengan menggunakan alat tradisional.
Pemerintah Kabupaten Banggai menjadikan kerajinan tenun Nambo ini sebagai salah satu program prioritas pembangunan daerah. Sekaligus sebagai atribut penguat identitas lokal. “Dari berbagai pengembangan dan inovasi, kini kain tenun Nambo telah memiliki berbagai corak dan motif yang merupakan perpaduan nuansa lokal dan ciri khas Kabupaten Banggai seperti motif burung Maleo, Cardinal Fish,” terangnya.
Tenun Nambo semakin mendunia saat tampil di New York Fashion Week 2017, Amerika Serikat. Oleh karena penampilan pertama (2017) sukses mencuri perhatian publik pada ajang fashion dunia itu, maka tahun berikutnya diundang kembali. Dari berbagai liputan media lokal dan internasional, semakin memberikan kepercayaan diri kepada para pengrajin dan Pemerintah Kabupaten Banggai, sekaligus tanggung jawab untuk semakin meningkatkan mutu produk, desain, hingga layanan. Dan masyarakat pun semakin bangga memakainya.
PERAN PERS
Bupati Herwin menjelaskan begitu pentingnya peran pers dalam memajukan program kebudayaan. Sangat disadari pencapaian pemajuan kebudayaan di Kabupaten Banggai, tidak lepas dari peran pers, terutama pers lokal. bersama wartawan dan medianya masing-masing ,cetak dan elektronik, belakangan ditambah dengan online membangun kesadaran masyarakat dalam ikut serta memanfaatkan, menjaga, mengembangkan dan melindungi warisan leluhur. Pers juga yang tidak lelah-lelahnya memberikan masukan, dan mengawasi, aparatus Pemerintah Kabupaten Banggai dalam menjalankan tata pemerintahan, terutama dalam pengelolaan bidang kebudayaan yang berkemajuan.
”Secara khusus kami merasakan benar kehadiran pers. Pers menjadi jembatan antara berbagai pihak yang berkepentingan. Media massa di Kabupaten Banggai. Media massa juga aktif dalam mengawal, menyebarkan informasi dan mengawasi jalannya Gerakan moral dan gaya hidup PINASA, yang berkelanjutan dalam rentang tahunan. Aparat pemerintah Kabupaten Banggai, sering kali tahu persoalan di masyarakat, lalu menjadikannya sebagai bahan mengambil keputusan, juga dari media. Begitulah kami sangat merasakan manfaat informasi, kritik, masukan dari media,” tutur Herwin. NAL*