OLEH: FAHMID SITOPAN
(Pengurus Wilayah PII Sulawesi Tengah)
Indonesia saat ini memasuki era teknologi industri 4.0. Era ini memiliki daya kekuatan mempangaruhi cultural zaman, baik semua lini kehidupan. Informasi dan komunikasi kian melesat dan ketidak batasan ruang, semua kalangan bisa mengakses segala sesuatu yang dia butuhkan, baik mencari pengetahuan maupun komunikasi antar kota bahkan negara.
Sadar atau pun tidak kita hidup di zaman yang berkecukupan dengan ditopang teknologi yang sangat mumpuni.
Dengan segala apa yang diberikan oleh zaman hari ini memberi banyak kemudahan positif yang ada. Lalu pertanyaan besar itu muncul. Lantas begiamana dengan generasi hari ini memaknai segala kecukupan yang ada, menerima dengan segala sikap positif dengan hadirnya teknologi yang bisa mengakses komunikasi tanpa batas ruang? Terkhusus dengan pelajar hari ini, apakah memberikan sebuah dampak baik di kalangan pelajar dan menerima semuanya dengan pikiran dan sikap positif?
Semua pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab dengan sendirinya melalui kondisi generasi saat ini. Teknologi saat ini seperti internet (interconnection networking) yang segala hal yang kita ingin ketahui itu ada di dalamnya, dan yang paling besar itu adalah sosial media, baik WhatsApp, Instagram, Twitter bahkan Facebook, ini menjadikan teknologi hari ini berperan penting bahkan telah melakat dan menjadikan sosial media sebagai komponen yang tak bisa dipisahkan dari kalangan pelajar pada umumnya.
Tercatat pengguna media sosial di Indonesia berdasarkan hasil riset Wearesosial Hootsuite yang dirilis januari 2019 mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. Jumlah tersebut naik 20 persen dari survei sebelumnya. Sementara pengguna media sosial mobile (gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48 persen dari populasi.
Sebagian besar dari pengguna tersebut adalah remaja atau pelajar. Dan bagaimana dengan riset 2021? pasti sangat akan naik signifikan perubahannya.
Pada dasarnya media sosial ini hadir untuk mempermudah komunikasi dan informasi, merekatkan hubungan yang jauh, namun pada realitas media sosial bermetamorfosis menjadi media asocial. Terlebih lagi memberi dampak buruk di kalangan pelajar saat ini, penurunan perilaku positif, mengakibatkan terjadi banyak ketidakpekaan pelajar melihat isu sosial hari ini, yang dulunya interaksi terjalin face to face communication semua terkikis demi sedikit, karena media sosial, bahkan memberi efek buruk mental.
Dengan melihat kondisi generasi saat ini, PII (Pelajar Islam Indonesia) masih terus optimis menjadi salah satu organisasi pelajar yang tampil berperan di garda depan merawat dan menjaga komitmen keislaman dan keIndonesiaan sebagaimana tertera jelas di falsafah gerakan PII.
Saat ini PII menjadi organisasi yang memberi kontribusi besar dalam membentuk karakter generasi dengan penanaman nilai melalui kegiatan training, kajian taklim dan membentuk forum-forum pelajar yang produktif, sebagai mana yang diikthiarkan oleh PII menjadikan pelajar berkarakter muslim, cendekia dan pemimpin.
PII sampai saat ini membangun poros gerakan di berbagai pelosok Indonesia, baik skala kecil maupun besar, dari pengurus komisariat sekolah, desa atau pun kecamatan, pengurus daerah kabupaten bahkan sampai pengurus wilayah provinsi.
Dengan harapan besar, gerakan ini terintegrasi dengan baik, dan memberikan kekuatan besar untuk mencapai sebuah capaian dalam melawan krisis moral generasi saat ini, membangun mental positif di kalangan pelajar dan ujungnya membangun karakter generasi yang senantiasa memiliki nilai takwa dan iman, dan menghadiri pula nilai luhur yang berkeadaban.