BANGGAI RAYA- Sejumlah mahasiswa di Kota Luwuk yang tergabung dalam Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) Cabang Luwuk memperingati Hari Pelajar Internasional tepat pada tanggal 17 November. Mereka berorasi di area Tugu Adipura Luwuk, Selasa (17/11/2020).
Koordinator Lapangan (Korlap), Monika dalam orasinya mengatakan, serikat mahasiswa Indonesia (SMI) di momentum Hari Pelajar Internasional menyatakan sikap dengan meminta cabut UU nomor 11 tahun 2020 tentang Omnibus Law Cipker, lawan kapitalisasi pendidikan, cabut UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 dan cabut UU PT nomor 12 tahun 2012.
“Lawan pasar bebas, yaitu CEPA, BRI, RECP dan lain-lainnya. Hentikan intimidasi, refresifitas dan pembungkaman demokrasi terhadap gerakan rakyat. Gratiskan biaya pendidikan di masa pandemi, serta lawan kebijakan anti demokrasi,” kata Monika.
Dijelaskannya, 17 November diabadikan oleh Serikat Mahasiswa Internasional yang bermarkas di Praha, Cekoslovakia sebagai Hari Pelajar Internasional. Untuk memperingati peristiwa tragis berupa penutupan semua universitas, dan eksekusi beberapa orang mahasiswa oleh Reichsprotektor Ceko (semacam perwakilan Nazi di Negara boneka Bohemia dan Moravia) pada 17 November 1939.
Aksi mahaiswa tersebut dilatarbelakangi oleh tindakan rezim yang sangat refresif terhadapa aksi-aksi yang di mobilasi oleh ribuan mahasiswa menentang kediktatoran rezim. Kaum muda dengan inovasi dan penggunaan teknologi juga dapat melihat dengan jelas ketidakadilan yang dilakukan oleh para politikus tua yang mengabdi pada kepentingan kaum modal.
“Beberapa kebijakan yang tidak lahir atas kebutuhan rakyat, itu mencerminkan bahwa sistem kapitalis adalah sistem yang usang dan memiskinkan rakyat Indonesia. Maka visi gerakan mahasiswa kedepan, selain penting untuk memperkuat pendidikan kepada mahasiswa juga penting membawa semangat ini ketengah-tengah rakyat untuk mendorong pendidikan politik atau bahkan sampai pendidikan skill,” tuturnya.
Kemudian lanjut dia, secara bersama-sama mendorong upaya advokasi terhadap kegagalan normatif yang diselenggarakan negara. Sehingga negara semakin mempersulit rakyat, dan berakhir berupaya memperkuat ekonomi solidaritas sesama rakyat dengan semangat kolektivitas.
Untuk mencapai hal itu bukanlah pekerjaan yang ringan dan selesai beberapa hari. Akan tetapi butuh banyak prasyarat yang harus dipersiapkan oleh Serikat Mahasiswa Indonesia sebagai bagian dari gerakan rakyat.
“Kami harus terus berjuang untuk setiap keberanian, militansi, kesolidan perjuangan rakyat untuk merebut hak-hak normatif, yaitu perjuangan upah layak, pendidikan gratis dan lain sebagainya. Meskipun di bawah represi demokrasi borjuasi memperkuat kesadaran politik dengan terus menempati kepercayaan diri dalam membangun demokrasi rakyat sejati,” terangnya. RUM