Peningkatan Pendapatan PKL Pasca-Covid

Ilustrasi
OLEH: MUSRAN ENTEDING

Virus Covid-19 yang datang tiba-tiba memberikan dampak penurunan pedapatan bagi para pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten Banggai, khususnya di Kota Luwuk yang menjajakan beragam jenis dagangannya di berbagai lokasi. Sejatinya, bukan hanya pedagang kaki lima saja yang terdampak, tapi dipastikan semua sektor.

Seolah menghantam seluruh sendi kehidupan. Kehidupan sosial hingga pelaksanaan kegiatan keagamaan (baca: ibadah) pun tak luput dari dampak kemunculan virus asal Wuhan, China. Sebab, virus yang mewajibkan warga untuk menghentikan sejenak interaksi bersua secara langsung tentu menghentikan aktivitas keseharian warga.

Kondisi ini berlangsung sekira dua tahun, sejak virus Covid menghantam seantero nusantara, termasuk di Kabupaten Banggai di awal tahun 2020 silam.

Bacaan Lainnya

Tentu fakta aktivitas bersua yang dibatasi membuat kalangkabut para pedagang kaki lima hingga perusahaan berskala besar. Jangankan penjual kecil, pengusaha besar saja kelimpungan menghadapi kondisi tersebut.

Namun, kehidupan ini tak bisa berhenti. Kebutuhan konsumsi masyarakat tentu tidak berhenti. Makan setiap hari membutuhkan pemasukan dana. Bagaimana jika tidak ada dana masuk, sementara kebutuhan sehari-hari tetap berjalan.

Di sinilah, para pedagang kaki lima diperhadapkan dengan kondisi sulit. Bahkan sekelas perusahaan besar harus mengambil kebijakan ekstrem dengan merumahkan (Pemutusan Hubungan Kerja/PHK) pekerjanya secara tiba-tiba, karena kehilangan asupan pendapatan.

Untuk berusaha tetap bertahan dengan kondisi sulit, agar dapat mencukupi kebutuhan keluarganya di masa pandemi, para pedagang kaki lima mencoba strategi baru. Awalnya berdagang secara tradisional dirubah menjadi berdagang secara online dengan memanfaatkan jejaring sosial, terutama facebook.

Tulisan ini berdasarkan hasil penelusuran melalui wawancara langsung terhadap para pedagang kaki lima di sejumlah tempat di Kota Luwuk. Tulisan ini mendeskripsikan cara mereka mempertahankan usahanya. Studi kasus meskipun hanya menggunakan teknik sampling sederhana.

Akibat pandemi Covid-19, awalnya mengalami penurunan pendapatan yang sangat drastis, namun mereka berhasil bangkit dan mempertahankan usahanya meski pendapatan mereka tidak bisa kembali seperti semula.

Strategi pedagang kaki lima di Kota Luwuk mempertahankan usahanya di tengah pandemi Covid-19 diantaranya ditempuh dengan cara memperluas pangsa pasar dengan menggunakan media sosial, membuat produk baru, serta melakukan kerjasama dengan pedagang kaki lima yang lain.

Banyak hal yang mereka lakukan dengan segala keterbatasan. Mereka tetap berusaha untuk eksis di tengah pandemi.

Dalam hal pekerjaan, sebagaimana kita ketahui bahwa tidak semua masyarakat di daerah ini dapat terserap secara formal, karena berbagai keterbatasan. Seperti, rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya akses informasi.

Keberadaan pedagang kaki lima juga penting, karena bukan hanya berfungsi sebagai penyerap kelebihan tenaga kerja yang tidak mampu terserap oleh sektor formal, tapi juga berperan dalam meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat, sehingga kondisi ekonomi berdampak terhadap kondisi usaha pedagang kaki lima, karena omzet penjualannya turut mengalami penurunan yang cukup signifikan. Padahal, mereka para pedagang kaki lima itu adalah tulang punggung keluarga yang berkewajiban mencukupi kebutuhan keluarganya.

Di kondisi seperti ini, masyarakat lebih memilih meminimalisir interaksi langsung. Begitu juga perilaku berbelanja pun ikut berubah. Transaksi jual beli beralih ke online. Pedagang kaki lima di Kota Luwuk menyadari berdamai dengan keadaan, mengikuti arus perubahan gaya jualan.

Meskipun sebagian pedagang kaki lima di Kota Luwuk mengakui tidak terlalu paham menggunakan gawai untuk menjajakan dagangannya. “Saya tek tarlalu paham bajual online, tapi mo bagaimana, torang harus ikut perkembangan zaman. Kalau tidak bajual online, bagaimana barang mo laku,” ucap Sading, salah seorang pedagang kaki lima di komplek pertokoan Luwuk.

Dari hasil penelusuran sederhana, para pedagang kaki lima di Luwuk, hanya memanfaatkan medis jejaring sosial. Itu pun hanya facebook, karena hanya jejaring ini yang gampang dioperasikan. “Cuma facebook saya jualan, pake aplikasi lain tidak begitu paham,” aku pedagang lainnya.

Masalah yang mendera pedagang kaki lima lainnya tidak hanya sebatas itu, tapi ada pula yang lebih parah. Sebab, tidak semua pedagang memiliki telepon pintar bahkan parahnya lagi tidak paham menggunakan internet untuk berselancar.

Pedagang yang tidak paham dengan alat komunikasi itu tetap menjajakan dagangannya dengan menemui calon pembeli secara langsung.

Bagi mereka yang dapat menjual dagangannya melalui jejaring facebook mengaku mendapatkan pelanggan dengan harga biasa. Meskipun menemukan pelanggan, tapi pedagang harus mengeluarkan sedikit uang untuk biaya jasa pengiriman, karena harus memanfaatkan tenaga orang lain.

“Saya jualan makanan. Saya posting di facebook, Alhamdulillah cukup banyak peminat. Cuma itu lagi, pakai biaya pengiriman. Kami menggunakan jasa ojek online yang di Luwuk, yaitu draiv. Pakai aplikasi juga. Alhamdulillah selama ini lancar,” kata Agil, penjual makanan ayam geprek.

Sejak beberapa bulan terakhir, status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Kabupaten Banggai berada di level 1. Artinya, dengan status tersebut, aktivitas keseharian warga boleh dibilang mulai dilonggarkan.

Fakta penurunan level status PPKM di kabupaten bermotto ‘Momposaangu Tanga Mombulakon Tano’ ini memberi angin segar khususnya mereka para pedagang kaki lima di Kota Luwuk. Sebab, aktivitas berjualan kembali normal seperti biasa. Meskipun harus tetap menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

“Kami selalu menyediakan tempat cuci tangan dengan hand sanitizer. Kami meminta pembeli sebelum memesan makanan, kami minta untuk mencuci tangan. Protokol kesehatan tetap dijalankan, sesuai arahan pemerintah,” ucap Mas Angga, pedagang kaki lima yang biasa mangkal setiap malam hari di areal Taman Kilo Lima, Kelurahan Maahas, Kecamatan Luwuk Selatan.

Penyebaran covid yang mulai melandai khususnya di Kabupaten Banggai seolah menyemangati warga setempat untuk mangkal di tempat-tempat tertentu sembari menikmati makan malam bersama anggota keluarga.

Lokasi strategis yang dipilih seperti di Taman KM 5 Maahas dianggap tepat untuk melepas penat, karena berada di pinggiran pantai dengan suguhan pemandangan alam serta melihat Kota Luwuk.

Demikian halnya dengan pedagang kaki lima lainnya di beberapa titik lainnya di Kota Luwuk, ikut merasakan dampak. Pendapatan mereka kembali naik, meskipun belum sepenuhnya seperti pendapatan mereka sebelum gempuran Covid.

Namun demikian, mereka bersyukur kebutuhan hidup keluarga mereka masih dapat terpenuhi. Hanya saja, sejumlah perencanaan sebelumnya belum dapat diwujudkan, karena terkendala pendapatan yang masih terbatas.

*(Mahasiswa Pascasarjana Untad, Prodi Magister Pembangunan Wilayah Pedesaan)

Pos terkait