BANGGAI RAYA- Kabupaten Banggai dinilai layak menyandang predikat sebagai kota santri. Pasalnya, kabupaten ini memiliki jumlah santri mencapai 15 ribu dan lembaga pendidikan Islam terbesar di Sulteng.
Hal itu diungkapkan Kasi Pendis Kemenag Banggai, Zainal Abidin saat memberikan sambutan di acara wisuda Ponpes Daarul Hikmah Luwuk, Rabu (25/5/2022) lalu di Hotel Estrella Luwuk.
“Lembaga pendidikan Islam terbesar untuk Sulteng itu di Kabupaten Banggai. Memilki lembaga pendidikan pesantren 23, dan madrasah sebanyak 125. Itu terdiri dari MI, MTs dan MA,” beber Zainal Abidin dengan rasa bangga.
Dari sekian ratusan satuan lembaga pendidikan Islam, Kabupaten Banggai memiliki sedikitnya 15 ribu santri. Ribuan santri ini, salah satunya sebagai penyumbang adalah Ponpes Daarul Hikmah Luwuk.
“Ini pertanda bahwa Pendidikan Islam di Kabupaten Banggai terus mengalami peningkatan. Baik lembaga maupun jumlah santrinya,” katanya.
Tidak hanya itu, dari sisi prestasi pun kata Zainal yang juga Sekretaris MUI Banggai, terus mengalami peningkatan.
“Bahkan tingkat nasional, Kabupaten Banggai bisa mewakili Sulteng. Di dalamnya ada Ponpes Daarul Hikmah Luwuk,” tutur Zainal Abidin.
Melihat capaian dan prestasi santri di Kabupaten Banggai, Ia mengaku sangat bangga.
“Hari ini, santri kita (Ponpes Daarul Hikmah Luwuk) diwisuda. Ini adalah puncak keberhasilan setelah perjalanan panjang. Semoga ilmu yang didapat bermanfaat,” harapnya.
Kemudian, Zainal Abidin yang pernah menjabat Kepala MAN 1 Banggai itu mengaku bangga, karena kabupaten Banggai telah mewarnai lembaga pendidikan Islam di Sulteng.
“Termasuk Kota Palu, secara kelembagaan kita lebih banyak. Ini tentunya berkat kerjasama yang baik antara Pemda dan Kemenag. Di mana kami memiliki perhatian serius terhadap lembaga pendidikan Islam,” tegasnya.
Olehnya kata Zainal Abidin, Kabupaten Banggai sangat layak jika dinobatkan sebagai Kota Santri.
“Kemudian, dalam lembaga pendidikan Islam juga tidak hanya sekedar mengulas persoalan Alquran dab hadis, atau soal akhlak dan moralitas. Tapi juga bisa bicara pada tataran mercusuar ilmu dan peradaban,” jelasnya.
“Banyak jebolan santri yang jadi birokrat. Bahkan jadi Bupati, karena Pak Bupati kita juga jebolan dari santri,” tandasnya. (*)
Editor: Jajad Sudrajad