Khutbah Sholat Idul Adha di Masjid An Nuur Luwuk, Ini Pesan Khatib Asri Abasa

BANGGAI RAYA- Panitia Hari-hari Besar Islam (PHBI) Kabupaten Banggai menggelar Sholat Idul Adha 1444 H/2023 M, di Masjid Agung An Nuur Luwuk, sekira pukul 07.00 Wita, Kamis (29/6/2023).

Sholat Idul Adha tahun 2023 ini, dengan Khatib Utama, Ustadz H. Asri Abasa, S. Ag, M. Pd, yang merupakan Ketua Baznas Kabupaten Banggai, dan Imam, H. Jazuli Djamaluddin adalah Imam Masjid Agung An Nuur Luwuk.

Sholat Idul Adha 2023 ini, dihadiri Bupati Banggai, H. Amirudin Tamoreka, Wabup, Furqanuddin Masulili, mantan Bupati Banggai, H Sofian Mile, sejumlah Forkopimda dan pimpinan OPD Banggai, Ketua DMI Banggai, H. Zainal Abidin Ali Hamu, Ketua PHBI Kabupaten Banggai, Alfian Djibran dan anggota, serta masyarakat Luwuk Banggai.

Dalam khotbahnya, Ustadz H. Asri Abasa mengatakan, sejak kembali mentari 9 Zulhijjah keperaduannya di ufuk barat kemarin, seiring dengan itu gema takbir, tahlil dan tahmid membahana di angkasa raya, dan kalau fajar menyingsing di ufuk timur menyibakkan tirai-tirai kegelapan malam, fajar 10 Zulhijjah pun muncul mengisyaratkan.

BACA JUGA:  Meriahkan HUT ke-60 Sulawesi Tengah,SKK Migas - JOB Tomori Ikuti Sulteng Expo 2024

“Bahwa kita semua kini telah berada disuatu hari yang sangat berbahagia dan penuh dsngan magfirah, dimana seluruh umat tauhid bangkit sscara bersama-sama mengumandangkan suara koramah yang sakti, yaitu kalimat takbir “Allahu Akbar”, kemudian dirangkaikan dengan kalimat tauhid “Laa Ilaaha Illallah”, yang dijalin dengan kalimat tahmid “Walillahil Hamd”. Maka dengan serta merta kibarkan panji-panji kemenangan dan bendera kejayaan,” kata Ustadz Asri Abasa.

Ia mengatakan, sejak 8 Zulhijjah, bala tentara tauhid meninggalkan Makkatal Mukarramah menuju padang Arafah, berjuta insan yang datang dari berbagai penjuru dunia memulai “Haji” tempat tegaknya Ka’bah (Baitullah).

BACA JUGA:  Meriahkan HUT ke-60 Sulawesi Tengah,SKK Migas - JOB Tomori Ikuti Sulteng Expo 2024

Mereka kata H. Asri, memakai ihram dengan melepaskan pakaian yang membedakan status dan golongan, diganti dengan pakaian putih yang menunjukkan “Kebersamaan”, semua pakaian yang membedakan ras ini sudah harus ditinggalkan di Miqaat.

“Segala keakuan dan sifat mementingkan diri semua sudah terkubur disana, diganti dengan pakaian ihram yang serupa dengan kain kafan dengan pakaian yang sama, mereka menuju padang Arafah. Ditempat ini, mereka harus berhenti, dan harus wukuf untuk menyesal diri untuk merenungi dan mengakui segala kekurangan sendiri, sekaligus memohon ampun Allah dan mengharapkan petunjuk serta bimbingan Nya,” tuturnya.

Menurut dia, di padang Arafah ini, sejauh mata memandang, hanyalah gelombang manusia dengan pakaian yang sama, tidak nampak seorang raja dengan budaknya, tidak kelihatan seorang penguasa dengan pesuruhnya, tidak ada perbedaan antara atasan dan bawahan.

BACA JUGA:  Meriahkan HUT ke-60 Sulawesi Tengah,SKK Migas - JOB Tomori Ikuti Sulteng Expo 2024

Semua sama kata dia, dan dalam tujuan yang sama pula. Semua orang telah menjadi satu menjadi hamba yang tidak berdaya. Semua keangkuan telah mati dan terkubur di Miqaat.

“Inilah umat yang berada didalam kebenaran. Mereka sama-sama melakukan aktivitas menuju kasih sayang Allah. Mereka tidak boleh berpisah, apalagi saling bermusuhan. Sebelum menuju pendekatan kepada Allah akan tetap sia-sia sebelum berusaha mendekati manusia,” terangnya.

“Mari kita telusuri kembali pengorbanan agung tiga insan teladan, yakni Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail. Pengorbanan yang diabadikan dalam pelaksanaan Ibadah Haji, pengorbanan yang di perayakan setiap setahun sekali,” tambahnya. RUM

Pos terkait