BANGGAI RAYA- Survei elektabilitas tiga pasangan calon yang berlaga di Pilkada Banggai, masih menempatkan pasangan Herwin Yatim-Mustar Labolo atau Winstar sebagai yang tertinggi. Dalam rilis survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Kamis (26/11/2020) di Luwuk, elektabilitas pasangan Winstar ada di posisi 45,1 persen, disusul Amirudin Tamoreka-Furqanudin Masulili (AT-FM) dengan 22,6 persen dan pasangan Sulianti Murad-Zainal Abidin Alihamu (Hatimu) dengan elektabilitas 11,1 persen. Namun masih ada sekira 21,2 persen yang belum memutuskan pilihannya.
Menurut peneliti LSI Denny JA, Fajar Moestar, survei LSI Denny JA bersama Koncultan Citra Indonesia (KCI) dilakukan pada 10-15 November 2020 dengan memintai pendapat 440 responden, menempatkan bahwa pasangan petahana itu masih yang tertinggi tingkat keterpilihannya dibanding dua pasangan calon lain. Bahkan bila 21,2 persen responden yang belum menentukan sikapnya secara terbuka, dibagi secara proporsional, maka hasilnya pasangan Winstar tetap masih yang tertinggi tingkat elektabilitasnya.
Meski demikian kata Fajar, bukan berarti Winstar tak bisa dikalahkan oleh dua Paslon lain.
Ia mencatat ada tiga hal yang dapat mengubah suara pemilih dan komposisi perolehan suara masing-masing Paslon. Sebab masih tersisa hampir dua pekan ke depan sebelum hari pemungutan suara.
Pertama, angka partisipasi dan golput yang bisa mempengaruhi dan mengubah suara. Apabila terjadi angka partisipasi dan golput yang tidak proposional, akan berdampak terhadap dukungan ke Paslon.
Kedua, jika di sisa akhir menjelang pemungutan suara, petahana atau Winstar melakukan blunder besar, maka hal itu berdampak terhadap dukungan rakyat pada petahana.
Ketiga, mobilisasi maha dahsyat yang dilakukan kompetitor, maka hal itu bisa mengubah tingkat keterpilihan. Mobilisasi kata Fajar, juga mencakup adanya kemungkinan politik uang, tekanan, intimidasi dan pengerahan pemilih. Namun bila mobilisasi skalanya sama dengan semua kandidat, maka kondisinya sulit berubah.
Fajar menekankan bahwa hal terpenting yang tidak boleh dilakukan oleh petahana adalah tindakan blunder, seperti sikap dan pernyataan, karena hal itu bisa menjadi tsunami politik dan mengubah peta dukungan. “Elektabilitas Winstar tertinggi dan sulit dikalahkan oleh pasangan calon lain, namun Winstar jangan melakukan blunder! Sebab tindakan atau ucapan tertentu bisa menyebabkan blunder dan berpotensi mendorong perpindahan pemilih,” tuturnya.
Ia menyontohkan blunder yang dilakukan Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok dan terjadi menjelang Pilkada DKI Jakarta. Ahok diprediksi akan memenangkan pertarungan melawan Anies Baswedan, namun karena blunder terkait pernyataan tertentu, hingga akhirnya menggerus sebagian dukungan public padanya. “Jadi sekali lagi, Winstar jangan buat blunder!” tandasnya mengingatkan. DAR