DSLNG dan BKSDA Sulteng Lepasliarkan 15 Anakan Maleo di Bakiriang

  • Whatsapp

BANGGAI RAYA-Program konservasi maleo yang dilaksanakan PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) sejak tahun 2013 silam di Pusat Konservasi Maleo di Desa Uso, Kecamatan Batui, telah menghasilkan lebih seratus anakan maleo yang kemudian dilepasliarkan di alam bebas. Termasuk yang terbaru adalah 15 anakan maleo berusia lebih dua bulan yang dilepasliarkan di kawasan hutan Suaka Margasatwa Bakiriang.

Pelepasan 15 anakan maleo di Suaka Margasatwa Bakiriang yang dilaksanakan Kamis (9/6/2022), merupakan lanjutan dari kegiatan pelepasliaran anakan maleo dalam rangka Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang digelar PT DSLNG pada Selasa (7/6/2022), dan dihadiri langsung Gubernur Sulteng Rusdy Mastura bersama Bupati Banggai Amirudin Tamoreka serta Kapolda dan Danrem 132 Tadulako.

Bacaan Lainnya

Senior Manager QHSE DSLNG Akhmad Khakim saat menyampaikan sambutan pada pelepasliaran 15 anakan maleo di Bakiriang mengatakan, apa yang dilaksanakan pada Kamis ini adalah bagian dari peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Kegiatan seperti ini adalah bentuk kepedulian bersama dengan BKSDA Sulteng dan masyarakat sekitar.

Pelestarian satwa seperti maleo kata dia, berhadapan dengan sejumlah tantangan, yakni cuaca yang makin panas, habitat sebagai tempat hidup maleo yang sudah banyak berkurang, serta polusi air, udara dan tanah.

Sayangnya kata dia, hanya ada satu bumi, sehingga mau tidak mau, bumi harus tetap dijaga, termasuk keseimbangan ekosistemnya yang ditandai dengan adanya satwa di dalamnya. Ia berharap, anakan maleo yang baru dilepas, bisa terjaga dan kemudian berkembang biak di alam bebas. Untuk menjaganya kata dia, butuh peran serta semua pihak, termasuk masyarakat.

Sementara itu pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah yang diwakili Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Bakiriang, I Nyoman Ardika, menyampaikan rasa syukurnya atas kepedulian PT DSLNG terhadap konservasi maleo sebagai satwa endemik Sulawesi yang populasinya kian berkurang. “Kegiatan lingkungan memang harus berkomunikasi melibatkan semua pihak,” tuturnya.

Sejatinya kata dia, lingkungan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Karenanya, perlu komitmen bersama untuk menjaga lingkungan, termasuk melalui kegiatan melindungi dan melestarikan maleo.

Keberadaan Suaka Margasatwa Bakiriang kata dia, memerlukan penanganan berbagai pihak agar muncul kesadaran bersama untuk menjaganya. Sebab di sekitar Bakiriang terdapat 19 desa penyangga, sehingga kegiatan konservasi penuh tantangan dan harus melibatkan masyarakat.

Pelepasliaran anakan maleo kali ini juga melibatkan sejumlah pihak seperti komunitas pencinta maleo hingga kelompok Jaya Lestari, Desa Bukit Jaya, Kecamatan Toili. DAR

Pos terkait