BANGGAI RAYA- Pengurus Paralayang Provinsi Sulawesi Tengah melakukan eksebisi di pekan olahraga provinsi (Porprov) Ke-9 Sulteng tahun 2022 di Luwuk, Kabupaten Banggai. Sebanyak 37 atlet Paralayang dari tujuh kabupaten/kota di Sulteng melakukan penerbangan, Sabtu (10/12/2022).
Penerbangan yang dilakukan dari Lokasi Puncak Keles, Desa Lumpoknyo, Kecamatan Luwuk ini mendapatkan perhatian dari masyarakat Luwuk Banggai. Terbukti, sekira pukul 09.00 Wita, area pendaratan di Sudarto Sport Center (SSC) Luwuk atau Lapangan Persibal dipadati warga yang ingin menonton cabang olahraga yang menguji Adrenalin ini.
Sekretaris Umum Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) dan Ketua Paralayang Provinsi Sulawesi Tengah, Asgaf Umar, S.Pd mengatakan, terkait dengan antusias kabupaten/kota dengan Cabor Paralayang ini, hanya diikuti tujuh kontigen. Sebenarnya, sebanyak sembilan kabupaten/kota di Sulteng yang memiliki kepengurusan di provinsi selama ini. Hanya baru tujuh kabupetn/kota yang mengirimkan atletnya.
“Karena keterlambatan informasinya terkait cabor ini. Alhamdulillah, semua tempat kita di Sulteng ini, kabupaten/kota memiliki tempat terbang, hanya yang belum kami datangi adalah Kabupaten Banggai Kepulauan dan Banggai laut. Untuk daratan di Sulteng, 11 kabupaten/kota hampir semua memiliki tempat terbang. Alhamdulillah, progres Paralayang kedepan, saya yakin pesertanya di Porprov kedepan pasti lebih banyak,” kata Asgaf Umar kepada wartawan saat dikonfirmasi, di SSC Luwuk.
Lebih lanjut, Ia mengatakan, untuk prestasi atlet Paralayang Sulteng, untuk nasional, atlet Paralayang Sulteng itu tertinggi di PON. Pada PON Papua, atlet Paralayang Sulteng mendapatkan medali perunggu beregu nomor Pos Cuntry Tandem atau lintas alam, yaitu beregu putra. Itu terbaik kita selama ini,” tuturnya.
Atlet yang ikut eksebisi di Porprov Ke-9 Sulteng di Kabupaten Banggai ini kata dia, ada empat atlet Pon untuk cabor Paralayang. Para atlet tersebut, ada memperkuat Kabupaten Banggai sebanyak 1 orang, Kota Palu 1 orang, Donggala 1 orang dan Kabupaten Morowali 1 orang.
Menurut Asgaf Umar, lokasi tempat terbang di Puncak Keles, sebenarnya bukan lokasi yang baru. Sejak tahun 2006 sudah digunakan oleh para pecinta Paralayang, sejak di zaman Bupati Banggai, H. Sudarto, sudah pernah para atlet dari Jawa melakukan terbang di Keles.
“Waktu itu bukan di puncak, agak di bawa sedikit. Namun setelah itu, perkembangannya tidak ada yang melanjutkan. Kemudian saya balik di tahun 2012 di Luwuk Banggai dan seterusnya. Akhirnya, kami lakukan survei disini untuk melakukan kejuaraan ini,” katanya.
Secara syarat kata dia, sangat layak Puncak Keles dilakukan penerbangan Paralayang Nasional. Sangat layak, karena disamping itu, tempat naik turunnya lebih dekat, obyeknya sangat bagus, pendaratannya lumayan bagus. Tinggal aksesnya yang kesana (Keles) yang harus diperbaiki, yaitu jalan dan lokasi takeoff.
Lokasi take off menurutnya, tinggal ditata sedikit, mungkin ditanami rumput atau bagaimana caranya, supaya kelihatan lebih bagus lagi atau lebih rata. Luas ideal sebenarnya, kalau untuk lomba Cros Cuntry minimal 20 x 40 meter.
“Kelesnya itu sendiri tinggal diperluas lagi. Dimana saya terbang selama 20 tahun, ada nomor tandem yang kita perlombakan, jadi disamping untuk prestasi, itu juga bisa mengembangkan pariwisata. Pengembangan wisata dirgantara ini, misalnya di Bali, termasuk di Palu, itu sudah menjual destinasi wisata,” katanya.
“Sangat potensi, sangat memungkinkan untuk berkembang. Kami berharap Pemda bisa mengintervensi hal itu, dan kami siap dari provinsi untuk mendukung kegiatan Paralayang di Luwuk ini,” kata Asgaf Umar menambahkan. RUM