Intinya, ibu hamil apapun warga negaranya wajib didampingi. Karena calon bayi dianggap sebagai aset masa depan yang harus dilindungi hak-haknya sejak dalam kandungan.
Meski awalnya ragu, saya akhirnya lolos seleksi ikut program WIC. Rupanya penghasilan keluarga sebanyak 1200 dolar per bulan (berupa beasiswa) masuk kategori di bawah garis kemiskinan oleh pemerintah, sehingga layak ikut Program WIC.
Di klinik saya menjalani berbagai tes mulai dari USG organ rahim, tes HIV AIDS, tes Diabetes dan screening penyakit-penyakit lainnya. Saya diberi kartu asuransi dan buku Kehamilan.
Pemerintah membedakan buku Kehamilan berdasarkan golongan usia. Buku Hijau untuk ibu hamil usia di bawah 35 tahun dan Merah untuk usia di atas 35 tahun yang dianggap beresiko.
Saya pernah terlupa berkunjung ke klinik sesuai jadwal. Petugas menelpon mengingatkan dan menceramahi saya karena dianggap lalai dan tidak peduli dengan waktu kontrol kehamilan. Saya diwanti-wanti untuk tidak mengulanginya lagi. Bagi saya ini luar biasa. Mereka sangat perhatian dan begitu ketat mengawasi kesehatan ibu hamil.
Yang bikin tambah kagum, WIC punya punya voucher gratis yang bisa ditukarkan di supermarket dengan bahan bahan makanan antara lain : 1 lusin telur ayam, 4 liter susu segar, 4 liter jus buah murni tanpa gula (jus apel, jus anggur, jus jeruk atau jus sayur), 1 kotak keju, 2 dos sereal tanpa gula (seperti corn flakes), dan 1 liter kacang merah.
Voucher WIC itu diberikan setiap 2 minggu dan akan dievaluasi per bulannya oleh ahli gizi saat kunjungan ke klinik. Akan ketahuan bila kita ogah makan, karena berat badan ibu hamil akan dikontrol.